PERBEDAAN HISTOPATOLOGI ANATOMI HEPAR KELINCI SETELAH 24 JAM KEMATIAN MENGGUNAKAN LARUTAN METANOL + TANNIN DAN LARUTAN FORMALIN SEBAGAI BAHAN PENGAWETAN

  • Nabil Nabil Universitas Hang Tuah Surabaya

Abstract

Latar belakang Sebagai praktisi dalam pengawetan terhadap jenazah, kesulitan pengadaan larutan formalin dan efek samping paparan terhadap kesehatan manusia merupakan suatu permasalahan serius yang menjadi perhatian khusus dari peneliti, untuk itu peneliti mencoba memakai larutan Methanol ditambah Tannin sebagai alternative yang aman bagi kesehatan dan mudah di dalam pengadaannya.
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan penggunaan campuran larutan metanol dan Tannin dibandingkan dengan penggunaan larutan formalin sebagai bahan pengawetan kelinci putih jantan (oryctolagus cuniculus) jenis ras New Zealand setelah kematian 24 jam dengan mengukur derajat nekrosis pada organ hepar secara histopatologi anatomi.
Metode penelitian: Menggunakan metode post test only control group design dan dalam penelitian ini termasuk penelitian eksperimental laboratory. hewan coba yang digunakan adalah 16 ekor kelinci putih jantan (Oryctolagus cuniculus) jenis ras new zealand yang dibagi secara acak menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberi formalin dan kelompok perlakuan yang diberi campuran Metanol dan Tannin. Pada setiap kelompok dilakukan pengambilan organ hepar setelah kematian 24 jam untuk di amati tingkat nekrosis organ secara histopatology anatomi
Hasil penelitian: Hasil analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney U menunjukkan nilai signifikansi 0,005 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan bermakna pada penggunaan formalin 10% dan campuran Methanol dan tannin sebagai bahan pengawetan kelinci putih jantan (oryctolagus cuniculus)jenis ras New Zealand setelah kematian 24 jam dengan mengukur derajat nekrosis pada organ hepar secara histopatologi anatomi.
Kesimpulan:Terdapat perbedaan pada penggunaan formalin 10% dan campuran Methanol dan tannin sebagai bahan pengawetan kelinci putih jantan (orytolagus cuniculus) jenis ras New Zealand setelah kematian 24 jam dengan mengukur derajat nekrosis pada organ hepar secara histopatologi anatomi.

Downloads

Download data is not yet available.

References

1. Amendt, J., Goff, M. L., Campobasso, C. P. & Grassberger, M., 2010. Current Concepts in Forensic Entomology. London New York: Springer .
2. Anon., 2015. Rumus Kimia Formalin. [Art] (Rumus Kimia).
3. ASTDR, 2008. ATSDR. [Online] Available at: https://www.atsdr.cdc.gov/phs/phs.asp?id=218&tid=39 [Accessed 02 November 2018].
4. Astuti, A., 2016. Aktivitas Proses Dekomposisi Bergabai Bahan Organik dengan Aktivator Alami dan Buatan. Research Repository.
5. Bajracharya, S. & Magar, A., 2006. Embalming: An art of Preserving Human Body. Kathmandu University Medical Journal, 4(16), pp. 554-557.
6. Barrow, M., 2018. Ancient Egypt. [Art].
7. Brenner, E., 2014. Human body Preservation - old and New Techniques. Journal of Anatomy, 224(3), pp. 316-344
Published
2021-09-30
Abstract viewed = 0 times
PDF (Bahasa Indonesia) downloaded = 0 times